Selain Sabar Ekstra, Berikut adalah 3 Langkah Ampuh Bagi Orang Untuk Meredamkan Amarah Anak Yang Sedang Memuncak



Sahabat, pernahkah kita berhadapan dengan situasi yang memojokkan kita. Anak marah, rewel, uring-uringan – dan kita ingin sekali meledakkan marah karena bermacam cara untuk meredakannya justru berbuah tangis yang makin keras. Kita dikuasi oleh perasaan seolah-olah yang di depan kita terasa bukan anak kita lagi.

Logika kita tiba-tiba mandek sebab jeritan tangis anak yang melengking. Apalagi pada saat kita tengah berada di fasilitas publik. Tatapan orang lain menelanjangi kebingungan kita. Rasanya ingin sekali berlari pulang dan mengunci rapat suara tangis anak di dalam kamar.

Namun, tak perlu kita risau apalagi harus menuruti marah. Tiga langkah berikut ini semoga meredakan marah anak dan mengontrol kesadaran kita secara penuh. Kita bisa menggunakan tiga langkah ini secara bersamaan atau memilih salah satunya.

1. Menjalin kontak fisik secara lembut

Mendidik anak terutama bukan semata-mata apa yang kita katakan. Sembilan puluh persen ilmu parenting adalah menjalin rasa dan sikap yang menghubungkan kita dengan anak yang dilambari kasih sayang. Dalam hal ini keterhubungan orangtua dan anak adalah fator dominan bagaimana menjalin komunikasi.

Saat dua-tiga kalimat ajakan mandi tidak direspon oleh si kecil, cobalah membuat koneksi dengannya. Kita menjalin kontak fisik, misalnya dengan meletakkan tangan kita di pundaknya atau mengusap punggungnya atau mengelus kepalanya – seraya membuat kontak mata dengannya. Sesaat kemudian katakan, “Ayo kita mandi dulu…”

Atau anak balita kita sedang merengek. “Biasanya anak merengek karena ia ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua. Anak akan semakin merengek apabila orang tua mengabaikan rengekan anak tersebut," ungkap Bay Area, seorang dokter anak di Laurel Schultz, seperti dikutip dari WebMD.

Cara ampuh untuk meredakan rengekan anak bukan menegur atau membentaknya. Segeralah merespon dengan mendekapnya di pelukan kita. “Bunda tidak suka kamu merengek terus. Bilang pada Bunda apa yang kamu inginkan,” demikian kita katakan pada anak. Bisa jadi rengekan itu adalah sinyal bagi kita untuk kembali menjalin hubungan dengan anak.

2. Mengempati dengan sepenuh perasaan

Benar, kita mengempati anak dengan sepenuh perasaan kita. Merasakan apa yang dia rasakan. Bukan justru melawan atau mengalihkan perasaan anak. Hal ini justru menimbulkan pertentangan: pertentangan perasaan di dalam diri anak dan pertentangan dengan apa yang sedang dihadapinya.

Sahabat, ketika anak merajuk ingin dibelikan mainan, kita mengempati keinginan itu dengan berkata, “Bunda tahu kamu menginginkan mainan itu. Untuk membeli mainan itu kita menabung dulu mulai hari ini.” Atau anak terlibat pertengkaran dengan kakak atau adiknya. “Mengapa Kakak membenci Adik? Bunda tahu Kakak mencintai Adik.” merupakan salah satu contoh ungkapan mengempati anak.

Cara mengempati paling efektif adalah menjadi pendengar yang baik. Menyimak perkataan anak dengan penuh perhatian akan meningkatkan rasa percaya diri dan meredakan amarahnya.

3. Menemukan solusi, bukan menyalahkan

Bagaimana caranya? Apabila kakak beradik terlibat pertengkaran dan keduanya marah besar, tenangkan dulu perasaan mereka. Kita buka komunikasi dengan tenang. Memberinya kesempatan menceritakan apa yang terjadi (mengempati) menunjukkan kita tidak membela salah satu kepentingan. Dalam situasi seperti ini kita bisa mengajarkan anak bernegoisasi dan kompromi. Ujungnya adalah solusi berdamai.

Kita kerap terlibat di situasi pagi hari saat semua penghuni rumah bersiap dengan aktivitas masing-masing. Tiba-tiba anak berteriak, melapor dasi sekolahnya tidak ada. Alih-alih memberinya lebel seperti anak ceroboh, pelupa, teledor – kita membantunya dengan berkata, “Mari kita cari bersama. Besok Adik harus menyimpan sendiri dasi dan peralatan sekolah lainnya.”  

Sahabat, untuk menjalankan ketiga langkah tersebut diperlukan perasaan yang lapang. Saat kita merasa mulai dikuasai perasaan jengkel dan marah, segeralah menarik nafas. Diam sejenak. Menghembuskan nafas pelan.

Lalu, kita memilih salah satu dari ketiga langkah di atas. Sebelum menjalin kasih sayang dengan anak, kita sayangi diri kita terlebih dahulu dengan menyadari dan mengendalikan sepenuhnya perasaan dan pikiran kita sendiri.

-Cang Karna WB-




Subscribe to receive free email updates: