Biasanya para
orangtua akan memberikan makan anaknya dengan makanan yang bergizi dan lazim.
Namun belakangan viral sebuah video memperlihatkan seorang ibu yang memberikan makanan anaknya berupa cacing hidup-hidup.
Video tersebut dibagikan oleh Deri Lioni, Sabtu (18/2/2017) di akun Facebooknya.
Dalam video itu tampak seorang anak kecil yang makan dengan lahap semangkuk cacing hidup-hidup di depannya.
Namun belakangan viral sebuah video memperlihatkan seorang ibu yang memberikan makanan anaknya berupa cacing hidup-hidup.
Video tersebut dibagikan oleh Deri Lioni, Sabtu (18/2/2017) di akun Facebooknya.
Dalam video itu tampak seorang anak kecil yang makan dengan lahap semangkuk cacing hidup-hidup di depannya.
Tak disangka, video
itu secara cepat viral di media sosial dengan jumlah share mencapai 15 ribu
kali dalam dua hari.
Pada kolom komentar juga sudah dipenuhi, hingga ribuan komentar.
Beberapa netizen pun lantas mengirimkan komentar dan merasa khawatir dengan nasib sang anak.
Ada yang berkomentar, bagaimana jika cacing tersebut hidup di dalam perut si anak?
Di antara pengguna Facebook yang berkomentar juga ada yang bertanya-tanya mengapa sang ibu tega memberikan makan anaknya dengan cacing hidup-hidup.
Banyak juga yang merasa jijik, melihat cacing dimakan hidup-hidup.
Tetapi setelah melihat caption atau keterangan video yang dibuat sang ibu, mungkin bisa menjadi pencerahan.
Nyale ala Azali,” tulis Deri Lioni sebagai pelengkap video.
Ternyata makan cacing nyale hidup-hidup merupakan salah satu budaya atau tradisi yang populer di Pulau Lombok.
Mengutip dari www.sarihusada.co.id, cacing nyale di Pulau Lombok dapat diolah menjadi makanan yang lezat seperti dimasak kuah santan, nyale pepes atau lipit, sambal goreng nyale, dan sebagai penyedap atau mansin.
Disebut dalam laman tersebut, nyale memiliki kandungan gizi yang tinggi dan bisa berfungsi sebagai antibiotik
Kandungan protein nyale yaitu 43,84 %.
Lebih tinggi bila dibandingkan dengan kerang bulu (Anadara indica) dan kerang hijau (Perna viridia) yang hanya 18,5 %, ataupun telur penyu laut dengan
kandungan protein 10,94 %.
Selain itu, cacing nyale bukan sekadar cacing laut bagi masyarakat suku sasak di Pulau
Pada kolom komentar juga sudah dipenuhi, hingga ribuan komentar.
Beberapa netizen pun lantas mengirimkan komentar dan merasa khawatir dengan nasib sang anak.
Ada yang berkomentar, bagaimana jika cacing tersebut hidup di dalam perut si anak?
Di antara pengguna Facebook yang berkomentar juga ada yang bertanya-tanya mengapa sang ibu tega memberikan makan anaknya dengan cacing hidup-hidup.
Banyak juga yang merasa jijik, melihat cacing dimakan hidup-hidup.
Tetapi setelah melihat caption atau keterangan video yang dibuat sang ibu, mungkin bisa menjadi pencerahan.
Nyale ala Azali,” tulis Deri Lioni sebagai pelengkap video.
Ternyata makan cacing nyale hidup-hidup merupakan salah satu budaya atau tradisi yang populer di Pulau Lombok.
Mengutip dari www.sarihusada.co.id, cacing nyale di Pulau Lombok dapat diolah menjadi makanan yang lezat seperti dimasak kuah santan, nyale pepes atau lipit, sambal goreng nyale, dan sebagai penyedap atau mansin.
Disebut dalam laman tersebut, nyale memiliki kandungan gizi yang tinggi dan bisa berfungsi sebagai antibiotik
Kandungan protein nyale yaitu 43,84 %.
Lebih tinggi bila dibandingkan dengan kerang bulu (Anadara indica) dan kerang hijau (Perna viridia) yang hanya 18,5 %, ataupun telur penyu laut dengan
kandungan protein 10,94 %.
Selain itu, cacing nyale bukan sekadar cacing laut bagi masyarakat suku sasak di Pulau
Lombok.
Mereka meyakini bahwa Nyale merupakan penjelmaan dari seorang putri cantik yang bernama Putri Mandalika.
Sementara itu, mengutip Wikipedia.org, Nyale adalah sebuah pesta atau upacara yang dikenal dengan Bau Nyale.
Kata Bau berasal dari Bahasa Sasak yang berarti menangkap sedangkan kata Nyale berarti cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang dibawah permukaan laut.
Bau Nyale merupakan sebuah acara perburuan cacing laut.
Acara ini diselenggarakan sekitar bulan Februari dan Maret.
Tempat penyelenggaraan upacara Bau Nyale ini ada di Pantai Seger, Kuta, terletak dibagian selatan Pulau Lombok.
Sedangkan, kembali lagi pada video yang viral di Facebook tersebut belum diketahui jenis cacing apa yang dimakan sang anak.
Begitupula belum ada tanggapan ahli kesehatan terkait video yang terlanjur viral tersebut.
Kendati demikian banyak pengguna Facebook yang berkomentar bahwa cacing nyale tidak berbahaya dan tidak akan hidup di dalam lambung.
Mereka meyakini bahwa Nyale merupakan penjelmaan dari seorang putri cantik yang bernama Putri Mandalika.
Sementara itu, mengutip Wikipedia.org, Nyale adalah sebuah pesta atau upacara yang dikenal dengan Bau Nyale.
Kata Bau berasal dari Bahasa Sasak yang berarti menangkap sedangkan kata Nyale berarti cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang dibawah permukaan laut.
Bau Nyale merupakan sebuah acara perburuan cacing laut.
Acara ini diselenggarakan sekitar bulan Februari dan Maret.
Tempat penyelenggaraan upacara Bau Nyale ini ada di Pantai Seger, Kuta, terletak dibagian selatan Pulau Lombok.
Sedangkan, kembali lagi pada video yang viral di Facebook tersebut belum diketahui jenis cacing apa yang dimakan sang anak.
Begitupula belum ada tanggapan ahli kesehatan terkait video yang terlanjur viral tersebut.
Kendati demikian banyak pengguna Facebook yang berkomentar bahwa cacing nyale tidak berbahaya dan tidak akan hidup di dalam lambung.
Sumber: tribunnews.com