Hati ibarat raja yang selalu memerintah dan berkehendak. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah SAW menyampaikan, bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh manusia dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh manusia, dan segumpal daging itu adalah hati.
Hati yang baik, yang penuh dengan petunjuk Ilahi akan selalu mengantarkan pemiliknya pada kebaikan dan keselamatan. Ia akan selalu mendorong untuk melakukan perkara-perkara yang baik dan mulia. Baginya tidak ada keinginan untuk melakukan hal yang buruk dan jahat.
Hati jenis ini adalah hati yang selamat dari pengaruh nafsu dan tipu daya setan. Sehingga orang yang berhati baik akan nampak dari tutur kata, raut muka, sikapnya yang selalu menyenangkan dan menyejukkan. Setiap waktu hati jenis ini akan selalu mendorong pemiliknya untuk terus meningkatkan iman, amal kebaikan, ibadah dan meningkatkan kualitas ilmu.
Adapun hati yang rusak selalu mengajak pemiliknya pada keburukan. Hati jenis ini telah dikuasai oleh nafsu dan setan. Sehingga orang yang memiliki hati yang rusak lebih cenderung berbuat dosa dan kemaksiatan. Ia tidak suka pada kebaikan. Hati tersebut akan selalu menyuruh pemiliknya untuk melakukan perbuatan yang sia-sia dan yang akan mendatangkan murka Allah SWT.
Sahabat Hudzaifah bin Yaman menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada berbagai cobaan yang ditampilkan kepada hati, seperti sepotong tikar yang disusun dari jerami, sehelai demi sehelai. Setiap kali ia condong kepada dosa, maka hati itu diwarnai satu titik hitam. Tetapi jika ia menolaknya, maka hati itu diwarnai satu titik putih, sampai terbentuklah dua macam hati, yaitu hati yang berwarna hitam pekat, hati semacam ini tidak pernah mengenal kebaikan sedikitpun. Dan hati yang berwarna putih cemerlang, hati macam ini tidak condong pada keburukan sedikitpun, selama langit dan bumi masih ada.”
Menyucikan hati adalah langkah awal sebelum menempuh jalan ilmu. Hati yang baik akan mudah menerima ilmu dan kebaikan. Adapun hati yang rusak akan selalu membuat orang menjadi malas dan membuatnya menjauh dari ilmu dan kebaikan. Imam Syafi’i bercerita :
Aku mengadu pada guruku tentang lemahnya hafalanku
Kemudian guruku memerintahkanku untuk meninggalkan perbuatan maksiat
Guruku memberi tahuku bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan pada orang yang berbuat maksiat
Apa yang mendorong seseorang berani terjun ke medan jihad di jalan Allah? Ia rela meninggalkan anak istri yang dicintainya, meninggalkan harta, kampung halaman dan segala kesenangan dunia untuk mati dalam peperangan? Jawabannya adalah karena cintanya pada Allah yang telah menguasai hatinya membuatnya rela berkorban harta, nyawa dan menempuh segala kesulitan.
Apa yang mendorong para sahabat Rasulullah SAW menjadi perisai bagi beliau ketika dalam peperangan? Sehingga panah, tombak dan sayatan pedang menimpa mereka? Adalah karena kecintaan yang telah menghujam kuat dalam hati mereka pada Rasulullah SAW sehingga mereka rela terbunuh demi membela Rasulullah SAW.
Demikianlah, cinta dan sebuah cita cita yang telah menghujam kuat dalam hati bisa membuat seseorang rela menempuh segala kesulitan dan melakukan pengorbanan. Karenanya, hati perlu untuk selalu kita didik dan arahkan agar ia bersikap sesuai yang kita harapkan. Dan hati akan mudah kita kendalikan bila ia dapat kita lepaskan dari pengaruh nafsu dan bisikan setan.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa roda kehidupan selalu berputar. Tidak selamanya kehidupan yang kita jalani dan temui sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Terkadang ia bertentangan dengan harapan kita. Orang-orang yang berhati baik akan bisa menyikapi keadaan tersebut dengan arif dan bijaksana.
Ketika ia mendapatkan kebaikan ia akan banyak bersyukur pada Allah SWT dan tidak membuatnya lupa diri dan terlena. Dan ketika apa yang ia temui tidak sesuai dengan harapannya, iapun menyikapinya dengan sikap sabar dan tenang.
Sedangkan mereka yang punya hati sakit, ketika mendapat kesenangan, ia begitu berbahagia dan bangga sehingga terkadang membuatnya terlena dan lupa diri. Dan ketika yang ia temui tidak seperti yang ia harapkan akan terlihat kekecewaan dari raut mukanya, ia akan berputus asa dan mengeluh.
Untuk menjadikan hati baik maka diantara langkah yang harus kita tempuh adalah mendidiknya untuk cinta pada Allah dan Rasul-Nya. Hal itu dapat dilakukan dengan melatihnya untuk selalu membaca dan menghayati al-Qur’an, berzikir, shalat dengan penuh khusyuk, melakukan amal sholih, memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah SAW dan segala bentuk amal kebaikan lainnya.
Ketika hati telah dipenuhi oleh kecintaan pada Allah, maka ia akan selalu berada dalam petunjuk dan bimbingan Allah. Ia akan terjaga dari gangguan nafsu dan tipu daya setan.
“Bila hati kian bersih, pikiranpun akan jernih, semangat hidup akan gigih, prestasi mudah diraih. Bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit”, begitulah petuah Aa Gym.
Dengan demikian setiap individu hendaklah berupaya untuk selalu memenej hati dan mengarahkannya pada kebaikan. Dimanapun kita hidup tidak semua yang kita inginkan dan harapkan akan terwujud. Ada kalanya kita harus bisa bersikap sabar dan lapang hati dengan realita yang terjadi.
Barangkali istri, anak-anak, tempat tinggal, pekerjaan, dllnya berbeda dari yang kita harapkan. Tapi bukan berarti tidak ada yang bisa dilakukan. Dengan terus melatih hati dalam keimanan dan amal soleh, insya Allah segala kesulitan dan kendala yang menghadang jalan cita-cita akan bisa kita sikapi dengan bijak dan tepat.
Orang-orang yang memiliki kontrol hati yang baiklah yang akan bisa meraih prestasi di tengah sulit dan beratnya tantangan dan ujian hidup yang dihadapi. Mereka tidak pernah mengenal lelah, rasa malas, putus asa, pesimis dan minder. Mereka selalu bersemangat walau sesulit apapun rintangan yang menghadang jalan cita-cita. Tekad yang terpendam dalam hati mereka telah kuat, lebih besar dari pasir-pasir dan kerikil-kerikil rintangan yang menghalangi langkah-langkah mereka.
Mari kita senantiasa membiasakan diri untuk membaca do`a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW, “Wahai (Allah) yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu”. Amin. Wallahu a`lam bish-showab.
Oleh M. Arif As-Salman
Salam dari Kairo,
marif_assalman@yahoo.com