Berawal dari keprihatinan tentang mahalnya biaya pengobatan patah tulang di Indonesia membuat sekelompok mahasiswa UGM berupaya menemukan sesuatu yang bermanfaat. Dengan memanfaatkan limbah tulang sapi, mereka bisa mengubahnya menjadi implan pada pengobatan patah tulang di manusia.
Mereka adalah Diah Budiasih (FK UGM), Anggi Muhtar Pratama (FKH UGM), Ditya Divale Rinenggo (FK UGM) dan Raymond Win (FK UGM). Di bawah bimbingan drh. Setyo Budhi, M.P, mereka mampu membuktikan bahwa tulang sapi mengandung Biphasic calcium phosphate yang mampu menumbuhkan fraktur dalam tulang manusia yang patah.
Penemuan ini telah diujicobakan pada dua alat yakni dan X ray difarction dan Scanning Electron Microscope (SEM) , grafik yang ditunjukkan menunjukkan kecocokan lebih dari 90 persen.
Namun untuk mengujikannya kepada makhluk hidup diperlukan beberapa tahap. Mulanya tim yang pernah menjuarai PIMNAS 2013 ini mengujinya pada tikus dan hasilnya cocok. Setelah itu mereka mulai mengujikannya pada anjing. Butuh waktu minimal dua tahun untuk mengujinya karena sifat anjing yang selalu bergerak dan susah diam.
“kami mengujinya pada enam anjing dan sekarang mulai menampakkan hasilnya, memang butuh proses lama karena namanya anjing bergerak-gerak terus,” tutur Anggi pada brilio.net. “Kalau pada manusia, kami rasa bisa kurang dari itu, tergantung tingkat keparahan patah tulangnya.”
Diah Budiasih dan kawan-kawan menuturkan bahwa penelitian ini memang membutuhkan waktu yang lama dan kendala. Di antaranya kurangnya dana yang mencapai ratusan juta, izin yang rumit dan harus mempelajari reaksi penolakan dari manusia karena setiap orang berbeda-beda.
Ke depannya, mereka berharap pemerintah mau lebih peduli terhadap setiap penelitian mahasiswa. Sehingga nantinya penemuan tersebut bisa direalisasikan dalam bentuk nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.
sumber artikel : brilio.net